Biografi Pendiri Kesultanan Utsmaniyah, Osman I atau Osman Ghazi
Sebelumnya Biografi.co.id telah memperkenalkan bapak pendiri hingga penerus Kekhalifahan Turki Usmani seperti Ertugrul dan Muhammad Al-Fatih. Kali ini tim Biografi.co.id akan mengulas Biografi pemimpin pertama Kesultanan Utsmaniyah yaitu Osman. Berikut ulasannya.
Osman I atau Osman Ghazi adalah pendiri Kesultanan Utsmaniyah sekaligus pemimpin pertama dari Kesultanan Utsmaniyah, yang di masanya masih berupa kadipaten kecil.
Ia mewarisi jabatan ayahnya sebagai adipati (bey) di bawah Kesultanan Seljuk. Saat kesultanan tersebut mengalami gonjang-ganjing, Osman memerdekakan diri dan memerintah kadipaten berdaulat itu sampai akhir hayatnya pada 1323 atau 1324.
Sepeninggalnya, keturunannya menggunakan namanya sebagai nama dinasti dan negaranya (nama dinasti dan negara tersebut dieja menjadi 'Utsmani' atau 'Utsmaniyah' dalam bahasa Arab dan Indonesia dan menjadi 'Ottoman' dalam ejaan barat).
Nama dan Gelar
Beberapa ahli seperti dikutip dari Wikipedia menyatakan bahwa nama asli dari Osman adalah nama asli Turki, kemungkinan Atman atau Ataman, yang kemudian diubah menjadi Osman yang merupakan nama bahasa Arab. Nama Arab-Muslim yang dipandang lebih berkelas di kemudian hari.
Meski daftar Sultan Utsmaniyah selalu menempatkan Osman berada dalam urutan pertama, gelar sultan baru resmi digunakan pada tahun 1383 di masa kekuasaan cucunya, Murad I. Osman masih mempertahankan gelar lamanya, bey, dapat disepadankan dengan adipati atau kepala suku dalam konteks ini, gelar yang dia sandang saat masih menjadi bawahan Kesultanan Seljuk Rum.
Kehidupan Awal Osman
Dia diperkirakan lahir di pertengahan abad ketiga belas, kemungkinan tahun 1254 atau 1255 menurut sejarawan Utsmaniyah abad keenam belas, Kemalpasazade.
Ayah Osman adalah Ertugrul, kepala suku Kayı, suku bangsa Oghuz Turk. Ibunya adalah Halime Hatun, putri dari Mes'ud II, Sultan Romawi (Rum) Seljuk yang berkuasa pada tahun 1284–1296 dan 1303-1307.
Menurut tradisi Utsmaniyah, Ertugrul, ayah Osman, memimpin suku Kayı dari Asia Tengah menuju Anatolia. Dia melarikan diri dari serangan Mongol. Dia berjanji setia kepada Sultan Kayqubad I dari Kesultanan Rum yang memberinya izin mendirikan emirat (kadipaten) di Sogut yang saat itu merupakan wilayah pinggir Seljuk dan berbatasan dengan Kekaisaran Romawi Timur.
Lokasi ini rupanya menguntungkan. Di barat, Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) yang saat itu melemah. Sementara di timur, pasukan muslim di bawah Turki Seljuk kacau karena menghadapi agresi Mongol dalam pengepungan Baghdad.
Sekitar tahun 1281, Osman menjadi adipati dan kepala suku setelah ayahnya meninggal. Pada saat inilah, banyak para tentara bayaran berdatangan kepadanya yang dengan harapan dapat melemahkan monarki Ortodoks.
Selain itu, populasi Turki di bawah kepemimpinan Osman I secara terus-menerus diperkuat dengan banjir pengungsi yang melarikan diri dari Mongol. Dari jumlah tersebut, tentara Ghazi atau pejuang Islam, pejuang perbatasan yang percaya bahwa mereka berjuang untuk ekspansi atau membela Islam.
Di bawah kepemimpinan Osman yang kuat dan mampu, prajurit ini segera terbukti menjadi kekuatan yang tangguh, dan dasar-dasar negara pun dapat dengan cepatnya bisa diletakkan.
Sebuah Mimpi Osman
Osman memiliki hubungan dekat dengan Syaikh Edebali, tokoh sufi terkemuka di wilayahnya. Salah satu kisah paling terkenal yang berkaitan dengan Osman dan Syaikh Edebali adalah "Mimpi Osman", kisah yang menceritakan bahwa saat Osman tidur di kediaman Syaikh Edebali.
Osman bermimpi bahwa rembulan muncul dari dada Syaikh Edebali dan kemudian masuk ke dalam dada Osman sendiri. Kemudian dari pusar Osman tumbuhlah pohon besar yang menaungi dunia. Di bawah naungan pohon ini ada pegunungan dan air mengalir dari kaki-kaki gunung ini. Beberapa orang mengambil airnya untuk minum dan sebagiannya untuk berkebun.
Syaikh Edebali kemudian menafsirkan mimpi Osman bahwa Osman dan keturunannya akan dianugerahi kekuasaan dan putri Syaikh Edebali sendiri (dilambangkan sebagai rembulan dalam mimpi Osman) akan menjadi istri Osman.
Kisah mimpi Osman ini ditafsirkan menjadi tanda bahwa kekuasaan Osman dan keturunannya adalah pemberian Tuhan. Namun selain kekuasaan yang diberikan, mimpi itu juga secara implisit bermakna bahwa Osman dan keturunannya harus menjaga kesejahteraan para bawahannya.
Penaklukan Nyata Osman
Penaklukan nyata yang dilakukan Osman setelah runtuhnya Kesultanan Seljuk adalah pendudukan atas benteng Eskisehir dan Karacahisar. Kemudian Osman juga menguasai kota penting di wilayah tersebut, Yenişehir, yang kemudian digunakan menjadi ibu kota negaranya.
Setelah kemenangannya melawan pihak Romawi Timur pada Pertempuran Bapheus, Osman memulai untuk mengatur pasukannya di dekat wilayah kekuasaan Romawi Timur. Pengaruh Osman yang semakin menguat membuat masyarakat Romawi Timur secara bertahap keluar menuju seberang Anatolia.
Para pemimpin Romawi Timur berusaha untuk menahan Osman, tapi persiapan mereka sangat buruk dan tidak efektif. Di sisi lain, Osman menghabiskan sisa masa kekuasaannya untuk meluaskan wilayahnya melalui dua arah, yakni sebelah utara sepanjang Sungai Sarkaya dan barat daya menuju Laut Marmara, dan dia berhasil pada 1308.
Pada tahun yang sama, para pengikutnya turut serta dalam penaklukan salah satu kota Romawi, Ephesus, dan menduduki kota tepi pantai terakhir milik Romawi, meskipun kota itu menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Amir Aydin.
Perang Osman terakhir adalah menduduki Bursa. Meskipun Osman tidak secara langsung terjun ke medan laga, keberhasilan menduduki Bursa membuktikan betapa pentingnya kedudukan kota tersebut sebagai pijakan untuk melawan Romawi Timur di Konstantinopel. Bursa kemudian dijadikan ibu kota pada masa kekuasaan putra dan penerus Osman, Orhan.
Pernikahan Sang Osman
Osman menikah dengan putri dari Syaikh Edebali. Selain itu, dia juga menikah dengan wanita yang merupakan anak dari adipati Anatolia, Ömer Bey.
Sebagian juga menyatakan bahwa wanita ini adalah anak dari Ömer Abdülaziz Bey, seorang wazir (menteri) pada masa Kesultanan Seljuk. Nama-nama istri Osman ini terkadang saling tertukar dengan identitas istrinya yang lain. Beberapa nama-nama yang disebut sebagai istri Osman:
Rabia Hatun
Bala Hatun. Ada kemungkinan bahwa Bala adalah orang yang sama dengan Rabia
Mal atau Malhun Hatun.
Dari pernikahan itu Osman memiliki 7 Putra dan 1 Putri.
Putra Osman
Alaeddin Bey, wazir agung Utsmaniyah pertama
Orhan Bey, pemimpin Utsmaniyah kedua
Coban Bey
Melik Bey
Hamid Bey
Pazarlu Bey
Savji Bey. (Savji memiliki putra, Suleyman, yang menikah dengan putri Orhan, Hatice)
Putri Osman
0 comments:
Post a Comment