Biografi Pejuang Islam dan Ayah Pendiri Kesultanan Utsmaniyah, Ertugrul
Meski namanya tidak terlalu terkenal, dibandingkan keturunannya seperti Osman I hingga Muhammad Alfatih, tapi kiprahnya sebagai pejuang Islam Ertugrul secara tidak langsung membuat rantai peristiwa yang mengarah pada berdirinya Kesultanan Utsmaniyah.
Para sejarawan Muslim tergugah juga untuk menelisik siapakah sebenarnya Ertuğrul ini. Sampai-sampai, Jihad Turbani, Dr Jasim Al Jazza’ hingga Dr Ali Muhammad Ash Shalaby pun turun tangan.
Lalu siapa sebenarnya Ertugrul dan seperti apa kiprahnya, berikut biografi singkat Ertugrul.
Ertugrul adalah ayah dari Osman I yang merupakan pendiri Kesultanan Utsmaniyah. Dia adalah pemimpin Kayı yang merupakan marga dari Turki Oghuz.
Ertugrul sebagai pejuang Islam pernah memimpin 400 pasukan berkuda untuk membantu Kesultanan Rûm melawan Kekaisaran Bizantium pada tahun 1230.
Pasca peperangan tersebut, Ertuğrul menerima wilayah Karaca Dağ, yaitu sebuah pegunungan dekat Angora(sekarang Ankara) oleh Ala ad-Din Kay Qubadh I, yaitu Sultan Turki Seljuk dari Rum. Satu bukti menunjukkan bahwa pemikiran pemimpin Seljuk memberikan wilayah untuk Ertuğrul agar diharapkan Ertuğrul mau mengusir setiap musuh dari Bizantium atau dari musuh lainnya.
Kemudian, ia mendapat Desa Söğüt yang ia taklukkan pada 1231 bersama dengan wilayah di sekitarnya. Ia mempunyai 2 anak lainnya selain Osman I, yaitu Saru Batu Savcı Bey dan Gündüz.
Dikutip dari Wikipedia, Ertugrul secara tidak langsung membuat rantai peristiwa yang mengarah pada berdirinya Kesultanan Utsmaniyah. Seperti anaknya, Osman I dan keturunannya pada masa depan, ia sering disebut dengan Ghazi, dia merupakan pejuang yang bertarung untuk Islam.
Pada abad ke 19, nama Ertugrul diabadikan dalam salah satu kapal perang atau fregat oleh Angkatan Laut Kesultan Utsmaniyah, sebagai penghormatan dengan Ertugrul.
Selain itu, Pemerintah Turkmenistan juga membangun mesjid yang diberi nama Masjid Ertugrul Gazi di Ashgabat, Turkmenistan sesuai dengan namanya sebagai penghormatan.
Kiprahnya sebagai pejuang Islam juga diangkat dalam serial film dokumentari kolasal Turki yang berjudul "Dirilis Ertugrul" atau "Kebangkitan Ertugrul" yang membuat anak-anak muda di dunia Arab, Asia sangat menyukai karakter kepahlawanan Ertugrul, seorang perwira Klan Kayi, suatu kabilah kecil yang secara mengejukan, kelak akan melahirkan pahlawan Islam yang legendaris, Osman yang juga merupakan pendiri Kesultanan Utsmaniyah, pemimpin Islam selama 600 tahun lalu lamanya.
Kehidupan Ertugrul
Dikisahkan dalam episode kehidupan Ertuğrul (1189-1281 M) seperti dikutip dari tulisan Edgarhamas, semenjak kekuatan Mongol menyerang hampir seluruh daratan Asia, memporak-porandakan segalanya, membunuh penduduk kota, salah satunya Baghdad (1258 M) dan menjarah banyak peradaban, suku-suku Turki yang tadinya bermukim di Asia Tengah memutuskan untuk mencari tanah baru yang aman dari serangan Mongol. Salah satu suku itu adalah suku Kayı, yang dipimpin oleh Ertuğrul.
Ia memimpin 100 keluarga dan 400 tentara, membelah daratan sekitar daerah dekat Cina menuju wilayah beribu kilometer yang amat jauh dari tanah kelahirannya. Tanah yang ditujunya adalah Anatolia, yang sekarang menjadi wilayah inti dari negara Turki modern.
Suatu hari dalam perjalanannya mencari tanah baru, Ertuğrul mendengar deru suara yang riuh di kejauhan. Ia yakin, sedang ada pertempuran besar yang berkecamuk di suatu tempat yang dekat dengan tanah yang ia pijak.
Dengan tekad bulat, ia bersama 400 tentaranya memutuskan untuk melihat siapakah dua pasukan yang sedang bertempur. Dan benar, ternyata pasukan Muslimin Kesultanan Seljuk sedang terhempas oleh kekuatan pasukan Romawi Timur. Kekalahan sudah nyaris di depan mata.
Dengan gagah berani, ia hanya dengan 400 tentaranya menyatu di medan laga, membantu pasukan Muslimin memukul mundur deru gelombang pasukan Romawi yang bengis. Keadaan seketika berbalik, pasukan Muslimin berhasil mendesak tentara Romawi lari tunggang-langgang. Kemenangan kembali diraih dengan heroik.
Pasukan Kesultanan Saljuq sangat kagum dengan Ertuğrul. Bahkan sang Sultan, Alauddin Kayqubad, mengundang Ertuğrul dan mengucapkan terimakasih karena telah menyelamatkan pasukan Saljuq.
“Apa yang membuatmu menolong kami sehingga kami bisa memenangkan pertempuran?” tanya Sultan.
“Sebab kami adalah muslim, dan agama kami menyerukan untuk membela kebenaran, menolong orang-orang yang terzalimi. Orang-orang Mongol juga adalah musuh kami dan juga musuh kalian”
Itulah jawab Ertuğrul sebagaimana ditulis Bilal Abul Khair dalam Kitab 101 Amaliqah Aali Utsman '101 Pahlawan Dinasti Utsmaniyah.’
Setelah keduanya berbincang, ternyata diketahui bahwa baik Kesultanan Saljuq dan Ertugrul sama-sama berasal dari bangsa yang sama; Turki. Sang Sultan amat bahagia bisa menemukan seorang kesatria gagah berani yang rela mengorbankan nyawanya demi menolong saudara semuslim.
“Maka, berangkatlah bersama kami, akan aku berikan satu tanah luas. Berjalanlah ke arah Konstantinopel, aku amanahkan padamu menjaga pegunungan Armenia di musim panas, dan kota Söğüt (150 km dari Istanbul) di musim dingin. Kalian memperoleh kebebasan mengelola daerah kalian, namun tetaplah bersama kami untuk berjuang melawan Romawi dan saling menguntungkan”, lanjut Sultan Alauddin.
Makam Ertugrul
Tidak ada yang pernah menyangka, bahwa kedatangan 100 keluarga dan 400 pasukan kecil yang dipimpin oleh Ertuğrul di kota Söğüt, adalah “batu pertama” tempat berdirinya Kekhalifahan Utsmaniyah. Kekhalifahan besar berumur 6 abad yang terbentang dari Persia di timurnya, sampai Samudera Atlantik di baratnya; 6.000.000 km², atau setara 3,5 kali lipatnya luas Indonesia!
Mengapa bisa begitu? Sebab Ertuğrul tidak mau berhenti dari jihadnya. Ia tak mau hanya hidup nyaman di kota Söğüt dan wafat di atas kasurnya. Visinya makin bening, mimpinya makin meninggi. Ia bertekad untuk; menaklukkan seluruh wilayah Kerajaan Romawi!
Dari sanalah ia meminta izin pada Sultan Alauddin untuk berjihad di batas-batas wilayah Umat Islam dan meluaskan daerahnya sampai menuju Konstantinopel.
Kepahlawanan Ertuğrul membuat kabilah-kabilah di sekitar Söğüt berkumpul dan menyatakan kesetiaan padanya. Ertuğrul akhirnya memiliki pasukan besar yang tangkas, gagah berani, dan shalih. Banyak sekali kota-kota Romawi yang dibebaskan olehnya, dan adzan berkumandang di atasnya untuk pertama kali.
Kita kemudian akan mengetahui, walaupun Ertuğrul belum bisa membebaskan Konstantinopel semasa hidupnya, namun kelak satu keturunannya yang akan menjadi panglima muda. Panglima hebat yang menjebol pertahanan kota nan megah itu, 172 tahun setelah wafatnya Ertuğrul. Siapa lagi kalau bukan; Muhammad Al Fatih.
Ertuğrul sadar, ia memang tak akan bisa menaklukkan seluruh wilayah Romawi semasa hidupnya. Ia memahami, takkan bisa “merebut” kemenangan atas musuh-musuh Islam jika mengandalkan dirinya. Sejak itulah ia memutuskan untuk “menciptakan” kemenangan. Ia mulai mendidik pemuda-pemuda kabilahnya untuk mencintai Islam dan memiliki semangat jihad yang tinggi.
Faktanya, di masa kepemimpinan Ertuğrul, tak ada satupun anak-anak usia 7 tahun kecuali pasti sudah menghafalkan Juz 'Amma, Surat Al Mulk, dan Surat Yasin. Ia ingin menciptakan generasi kuat, yang kelak akan membebaskan negeri-negeri yang belum tersentuh oleh dakwah Islam. Dan semua mimpi besarnya, ia turunkan pada anaknya; Osman bin Ertuğrul, yang kelak memimpin dunia Islam selama 600 tahun lamanya.. *****
0 comments:
Post a Comment